Reruntuhan bangunan setinggi satu meter itu terlihat jelas begitu tanah di area persawahan digali. Terbuat dari batu bata, dengan struktur rapat tanpa spasi. Satu batu bata memiliki ukuran tiga kali lebih besar dari batu bata yang dipakai orang sekarang.
Reruntuhan bangunan itu salah satu temuan dalam survei awal Situs Macan Putih yang dipelopori arkeolog Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Profesor Inajati, sejarawan Sri Margana, dan Forum Masyarakat Penyelamat Sejarah Macan Putih, awal Juli lalu. Forum Masyarakat mempercayai bekas bangunan itu merupakan benteng timur ketika pusat Kerajaan Blambangan dibangun di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur.
Seperti dilihat Tempo, bekas bangunan itu kian rusak karena aktivitas oknum warga. Di sekitar area sawah, Tempo menemukan banyak batu bata yang pecah. Tim survei juga mendapati ratusan benda bersejarah di sebuah area kebun kelapa seluas lima hektare. Nasibnya sama. Gerabah serta keramik asal Cina dan Eropa tak lagi utuh. Bahkan Gunawan (bukan nama sebenarnya), warga setempat, mengaku telah menjual ratusan keramik, patung, dan perhiasan kuno kepada seseorang asal Bali.
Situs Macan Putih itu dipercaya para peneliti sebagai cikal-bakal Kabupaten Banyuwangi. Di sinilah Kerajaan Blambangan mencapai puncak kejayaan dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Bali, Situbondo, Jember, Bondowoso, dan Lumajang.