Laman

TIM UGM TELITI BEKAS KERAJAAN BLAMBANGAN

TEMPO Interaktif, BANYUWANGI - Arkeolog dan Sejarawan Universitas Gajah Mada mengandeng Forum Masyarakat Penyelamat Sejarah Macan Putih meneliti bekas Kerajaan Blambangan di Macan Putih, di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur.

Rabu, 20 Maret 2013

Sekilas tentang Lokalisasi Banyuwangi dalam Sejarah

Banyuwangi menjadi salah satu daerah yang memiliki lokalisasi terbanyak di Jatim setelah Surabaya. Sedikitnya ada 17 lokalisasi dengan 650-an PSK. Menurut Widodo dkk (2010), lokalisasi di Banyuwangi yakni Padang Bulan di Singojuruh, juga terdapat lokalisasi Pakem Kertosari (Banyuwangi), LCM di Ketapang, Warung Panjang (Ketapang), Klopoan (Genteng), Buk Marpuk (Wongsorejo), lokalisasi Padang Pasir dan lokalisasi Blibis Kecamatan Rogojampi, serta lokalisasi Wonosobo di Kecamatan Srono, Terminal Jajag, sepanjang Jalan Raya Genteng, Bambu Ria Cungking, sebelah Alun-alun Gesibu Blambangan dekat Hotel WB milik Pemkab, Pesanggaran, dan masih banyak lagi tempat lainnya.

Selasa, 08 Januari 2013

Ekspedisi Sejarah Maritim Blambangan



Latar belakang
nenek moyangku seorang pelaut
gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa

Lagu anak-anak ‘Nenek Moyangku Seorang Pelaut’ itu selalu mengingatkan kita akan kejayaan bahari di masa lalu. Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menjadi kerajaan besar yang mampu menyatukan Nusantara karena kekuatan armada maritimnya. Keperkasaan dan kejayaan nenek moyang kita di laut haruslah menjadi penyemangat generasi sekarang dan yang akan datang. Bentuk implementasinya masa kini, bukan hanya sekedar berlayar, tetapi bagaimana lautan di Kabupaten Banyuwangi yang terpanjang di Pulau Jawa (175 km) dapat dimanfaatkan demi kesejahteraan pembangunan bangsa.

Rabu, 01 Agustus 2012

RINCIAN LAPORAN KEGIATAN BEDAH BUKU


 RINCIAN LAPORAN KEGIATAN 
BEDAH BUKU NASIONAL
"Ujung Timur Jawa: Perebutan Hegemoni Blambangan 1763-1813"

NO
DETAILS
VOLUME
UNIT COST
TOTAL
1
Konsumsi

a.       Snack
b.      Makan panitia
c.       Makan siang
d.      Aqua gelas
e.      Aqua botol
f.        2 tissue


200 kotak
50 kotak
300 mangkuk
10 dus
5 botol
2 dus



3.000
8.000
5.000
10.000
2.500
10.000


600.000
400.000
1.500.00
100.000
12.500
20.000
2.632.500

2
Paket acara
a.       Angklung
b.      Mocoan babad
c.       Banner



18 meter

1 grup
1 orang


1.300.000
100.000
18.000

1.300.000
100.000
324.000
1.724.000
3
Honorarium
a.       Narasumber
b.      Panitia Yayasan



1 orang
6 orang

2.000.000
50.000

2.000.000
300.000
2.300.000
4
Transport
a.       Panitia Uniba
b.      Panitia Yayasan

1 hari
1 hari

3 orang
3 orang

50.000
50.000

150.000
150.000
300.000
5
Sekretariat
a.       FC Undangan
b.      Bantalan stempel
c.       Tinta stempel
d.      Buffalo
e.      Print sertifikat
f.        Print daftar hadir
g.       Map

350 lembar
1 unit
1 botol
50 lembar
50 lembar
20 lembar
5 lembar


100
12.000
10.000
420
1.000
500
500

35.000
12.000
10.000
21.000
50.000
10.000
2.500
140.500
6
Paket buku & laporan
2 kali

50.000
100.000
50.000
7
Komunikasi
1 kali

100.000
100.000
100.000





7.297.000
  

NO
NAMA
NOMINAL
1
Saldo
545.000
2
Tawang Alun/Jakarta
5.000.000
3
Sumono AH/Jakarta
1.300.000
4
AB
500.000
5
PT Sumber Yala
1.000.000
6
Suratno
500.000
7
Mujiono
500.000
8
Peserta Sertifikat
250.000


9.595.000

Saldo Akhir         : Rp 2.298.000


Dokumentasi :


Selasa, 19 Juni 2012

Heboh Penemuan Terowongan Misterius di Banyuwangi

Banyuwangi - Sebuah terowongan misterius ditemukan terpendam di areal persawahan, Dusun Pasinan Desa/Kecamatan Singojuruh. Kabar penemuan itu memancing rasa penasaran warga untuk mendatangi lokasi. Hingga berita ini, ditulis warga silih berganti memadati lokasi penemuan.

Belum diketahui secara pasti asal usul terowongan menyerupai goa tersebut. Sejumlah sejahrawan Banyuwangi dari Yayasan Sejarah Blambangan, melakukan penelitian awal. Terowongan itu terpendam dua meter di dalam tanah dan ditemukan oleh Suparman, pemilik sawah.

Suparman secara tak sengaja mengetahui ada lubang memanjang saat membuat sumur. Para sejahrawan Banyuwangi, yang ikut meneliti mengatakan, pintu masuk terowongan diketahui berdiameter 90 centimeter dan memanjang mencapai 16 meter di dalam tanah.

Semakin ke dalam, ruang terowongan semakin melebar dengan tinggi hampir satu meter. Dinding terowongan adalah tanah cadas berwarna kemerahan.

"Diujung goa saya bisa duduk, tapi masuknya kita harus merangkak," ungkap Agus Mursyidi, sejarahwan Banyuwangi, pada wartawan, Selasa (19/6/2012).

Lebih lanjut dia menjelaskan, di langit-langit goa banyak stalagtit yang panjangnya bervariasi. Antara 10 hingga 30 centimeter. Diperkirakan terowongan tersebut berusia 300 tahun. Itu jika dihitung dari panjang stalagtit itu, yang tiap 1 centimeter stalagtit berusia 10 tahun. Sayangnya staglagtit banyak yang rusak akibat tersenggol warga yang masuk.

"Setiap 1 centimeter stalagtit berusia 10 tahun," lanjut Agus, yang juga dosen sejarah di Universitas PGRI Banyuwangi ini.

Kemungkinan terowongan itu dulunya adalah saluran irigasi di abad ke-18. Kemungkinan lainnya, adalah benteng pertahanan di masa peperangan melawan kolonial VOC/Belanda tahun 1771. Meski begitu masih perlu dibutuhkan penelitian lebih lanjut dari ahli arkeologi dan geologi. Untuk itu, temuan terowongan misterius tersebut akan dilaporkan ke pihak terkait.

"Tim akan melaporkan temuan ini kepada Balai Kepurbakalaan di Bandung" timpal Ketua Yayasan Sejarah Blambangan, Suhailik, pada wartawan di lokasi.

(bdh/bdh) 

link: http://surabaya.detik.com/read/2012/06/19/143100/1945090/475/heboh-penemuan-terowongan-misterius-di-banyuwangi?y991102465

Minggu, 08 April 2012

The Lost City of Macan Putih: Interview with Archaeologist Prof. Inayati I.

Blambangan yang Disingkirkan


Reruntuhan bangunan setinggi satu meter itu terlihat jelas begitu tanah di area persawahan digali. Terbuat dari batu bata, dengan struktur rapat tanpa spasi. Satu batu bata memiliki ukuran tiga kali lebih besar dari batu bata yang dipakai orang sekarang.
Reruntuhan bangunan itu salah satu temuan dalam survei awal Situs Macan Putih yang dipelopori arkeolog Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Profesor Inajati, sejarawan Sri Margana, dan Forum Masyarakat Penyelamat Sejarah Macan Putih, awal Juli lalu. Forum Masyarakat mempercayai bekas bangunan itu merupakan benteng timur ketika pusat Kerajaan Blambangan dibangun di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur.
Seperti dilihat Tempo, bekas bangunan itu kian rusak karena aktivitas oknum warga. Di sekitar area sawah, Tempo menemukan banyak batu bata yang pecah. Tim survei juga mendapati ratusan benda bersejarah di sebuah area kebun kelapa seluas lima hektare. Nasibnya sama. Gerabah serta keramik asal Cina dan Eropa tak lagi utuh. Bahkan Gunawan (bukan nama sebenarnya), warga setempat, mengaku telah menjual ratusan keramik, patung, dan perhiasan kuno kepada seseorang asal Bali.
Situs Macan Putih itu dipercaya para peneliti sebagai cikal-bakal Kabupaten Banyuwangi. Di sinilah Kerajaan Blambangan mencapai puncak kejayaan dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Bali, Situbondo, Jember, Bondowoso, dan Lumajang.

Tim UGM Teliti Bekas Kerajaan Blambangan




TEMPO InteraktifBANYUWANGI - Arkeolog dan Sejarawan Universitas Gajah Mada  mengandeng  Forum Masyarakat Penyelamat Sejarah Macan Putih meneliti  bekas Kerajaan Blambangan di Macan Putih, di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur.

Menurut Ketua Forum, Joko Sastro, eksplorasi itu untuk meneliti lebih lanjut adanya sejumlah bangunan yang diduga bagian bekas Kerajaan Blambangan saat dipimpin Raja Tawang Alun II pada tahun 1655-1691. Kerajaan Blambangan, merupakan kerajaan terakhir di Pulau Jawa yang bercorak Hindu.

Menurut Joko, tim melakukan penelusuran di 20 lokasi di desa Macan Putih. Di lokasi-lokasi tersebut, tim menemukan struktur bangunan terbuat dari bata merah memanjang, mirip sebuah tembok. Bangunan-bangunan tersebut terpendam di dalam tanah yang sebagian besar berada di area persawahan. "Masyarakat sekitar sering menemukan bata-bata merah berukuran besar," katanya kepada TEMPO, Minggu (4/7).

Menurut Suhalik, anggota Forum, dalam laporan Van Wiekrman, Residen Banyuwangi di abad XVIII menyebutkan bangunan tembok kerajaan Macan Putih memiliki panjang 4,5 km, dengan tinggi 12 kaki serta tebal 6 kaki (3 meter). "Arsitekturnya adalah orang cina," katanya.

Selain struktur bangunan, dalam penelusurannya tim juga menemukan ratusan artefak berupa pecahan gerabah dan keramik yang diduga berasal dari Cina dan Eropa. Artefak tersebut ditemukan dalam area perkebunan kelapa di Dusun Macan Putih.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More