Laman

TIM UGM TELITI BEKAS KERAJAAN BLAMBANGAN

TEMPO Interaktif, BANYUWANGI - Arkeolog dan Sejarawan Universitas Gajah Mada mengandeng Forum Masyarakat Penyelamat Sejarah Macan Putih meneliti bekas Kerajaan Blambangan di Macan Putih, di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur.

Rabu, 01 Agustus 2012

RINCIAN LAPORAN KEGIATAN BEDAH BUKU


 RINCIAN LAPORAN KEGIATAN 
BEDAH BUKU NASIONAL
"Ujung Timur Jawa: Perebutan Hegemoni Blambangan 1763-1813"

NO
DETAILS
VOLUME
UNIT COST
TOTAL
1
Konsumsi

a.       Snack
b.      Makan panitia
c.       Makan siang
d.      Aqua gelas
e.      Aqua botol
f.        2 tissue


200 kotak
50 kotak
300 mangkuk
10 dus
5 botol
2 dus



3.000
8.000
5.000
10.000
2.500
10.000


600.000
400.000
1.500.00
100.000
12.500
20.000
2.632.500

2
Paket acara
a.       Angklung
b.      Mocoan babad
c.       Banner



18 meter

1 grup
1 orang


1.300.000
100.000
18.000

1.300.000
100.000
324.000
1.724.000
3
Honorarium
a.       Narasumber
b.      Panitia Yayasan



1 orang
6 orang

2.000.000
50.000

2.000.000
300.000
2.300.000
4
Transport
a.       Panitia Uniba
b.      Panitia Yayasan

1 hari
1 hari

3 orang
3 orang

50.000
50.000

150.000
150.000
300.000
5
Sekretariat
a.       FC Undangan
b.      Bantalan stempel
c.       Tinta stempel
d.      Buffalo
e.      Print sertifikat
f.        Print daftar hadir
g.       Map

350 lembar
1 unit
1 botol
50 lembar
50 lembar
20 lembar
5 lembar


100
12.000
10.000
420
1.000
500
500

35.000
12.000
10.000
21.000
50.000
10.000
2.500
140.500
6
Paket buku & laporan
2 kali

50.000
100.000
50.000
7
Komunikasi
1 kali

100.000
100.000
100.000





7.297.000
  

NO
NAMA
NOMINAL
1
Saldo
545.000
2
Tawang Alun/Jakarta
5.000.000
3
Sumono AH/Jakarta
1.300.000
4
AB
500.000
5
PT Sumber Yala
1.000.000
6
Suratno
500.000
7
Mujiono
500.000
8
Peserta Sertifikat
250.000


9.595.000

Saldo Akhir         : Rp 2.298.000


Dokumentasi :


Selasa, 19 Juni 2012

Heboh Penemuan Terowongan Misterius di Banyuwangi

Banyuwangi - Sebuah terowongan misterius ditemukan terpendam di areal persawahan, Dusun Pasinan Desa/Kecamatan Singojuruh. Kabar penemuan itu memancing rasa penasaran warga untuk mendatangi lokasi. Hingga berita ini, ditulis warga silih berganti memadati lokasi penemuan.

Belum diketahui secara pasti asal usul terowongan menyerupai goa tersebut. Sejumlah sejahrawan Banyuwangi dari Yayasan Sejarah Blambangan, melakukan penelitian awal. Terowongan itu terpendam dua meter di dalam tanah dan ditemukan oleh Suparman, pemilik sawah.

Suparman secara tak sengaja mengetahui ada lubang memanjang saat membuat sumur. Para sejahrawan Banyuwangi, yang ikut meneliti mengatakan, pintu masuk terowongan diketahui berdiameter 90 centimeter dan memanjang mencapai 16 meter di dalam tanah.

Semakin ke dalam, ruang terowongan semakin melebar dengan tinggi hampir satu meter. Dinding terowongan adalah tanah cadas berwarna kemerahan.

"Diujung goa saya bisa duduk, tapi masuknya kita harus merangkak," ungkap Agus Mursyidi, sejarahwan Banyuwangi, pada wartawan, Selasa (19/6/2012).

Lebih lanjut dia menjelaskan, di langit-langit goa banyak stalagtit yang panjangnya bervariasi. Antara 10 hingga 30 centimeter. Diperkirakan terowongan tersebut berusia 300 tahun. Itu jika dihitung dari panjang stalagtit itu, yang tiap 1 centimeter stalagtit berusia 10 tahun. Sayangnya staglagtit banyak yang rusak akibat tersenggol warga yang masuk.

"Setiap 1 centimeter stalagtit berusia 10 tahun," lanjut Agus, yang juga dosen sejarah di Universitas PGRI Banyuwangi ini.

Kemungkinan terowongan itu dulunya adalah saluran irigasi di abad ke-18. Kemungkinan lainnya, adalah benteng pertahanan di masa peperangan melawan kolonial VOC/Belanda tahun 1771. Meski begitu masih perlu dibutuhkan penelitian lebih lanjut dari ahli arkeologi dan geologi. Untuk itu, temuan terowongan misterius tersebut akan dilaporkan ke pihak terkait.

"Tim akan melaporkan temuan ini kepada Balai Kepurbakalaan di Bandung" timpal Ketua Yayasan Sejarah Blambangan, Suhailik, pada wartawan di lokasi.

(bdh/bdh) 

link: http://surabaya.detik.com/read/2012/06/19/143100/1945090/475/heboh-penemuan-terowongan-misterius-di-banyuwangi?y991102465

Minggu, 08 April 2012

The Lost City of Macan Putih: Interview with Archaeologist Prof. Inayati I.

Blambangan yang Disingkirkan


Reruntuhan bangunan setinggi satu meter itu terlihat jelas begitu tanah di area persawahan digali. Terbuat dari batu bata, dengan struktur rapat tanpa spasi. Satu batu bata memiliki ukuran tiga kali lebih besar dari batu bata yang dipakai orang sekarang.
Reruntuhan bangunan itu salah satu temuan dalam survei awal Situs Macan Putih yang dipelopori arkeolog Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Profesor Inajati, sejarawan Sri Margana, dan Forum Masyarakat Penyelamat Sejarah Macan Putih, awal Juli lalu. Forum Masyarakat mempercayai bekas bangunan itu merupakan benteng timur ketika pusat Kerajaan Blambangan dibangun di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur.
Seperti dilihat Tempo, bekas bangunan itu kian rusak karena aktivitas oknum warga. Di sekitar area sawah, Tempo menemukan banyak batu bata yang pecah. Tim survei juga mendapati ratusan benda bersejarah di sebuah area kebun kelapa seluas lima hektare. Nasibnya sama. Gerabah serta keramik asal Cina dan Eropa tak lagi utuh. Bahkan Gunawan (bukan nama sebenarnya), warga setempat, mengaku telah menjual ratusan keramik, patung, dan perhiasan kuno kepada seseorang asal Bali.
Situs Macan Putih itu dipercaya para peneliti sebagai cikal-bakal Kabupaten Banyuwangi. Di sinilah Kerajaan Blambangan mencapai puncak kejayaan dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Bali, Situbondo, Jember, Bondowoso, dan Lumajang.

Tim UGM Teliti Bekas Kerajaan Blambangan




TEMPO InteraktifBANYUWANGI - Arkeolog dan Sejarawan Universitas Gajah Mada  mengandeng  Forum Masyarakat Penyelamat Sejarah Macan Putih meneliti  bekas Kerajaan Blambangan di Macan Putih, di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur.

Menurut Ketua Forum, Joko Sastro, eksplorasi itu untuk meneliti lebih lanjut adanya sejumlah bangunan yang diduga bagian bekas Kerajaan Blambangan saat dipimpin Raja Tawang Alun II pada tahun 1655-1691. Kerajaan Blambangan, merupakan kerajaan terakhir di Pulau Jawa yang bercorak Hindu.

Menurut Joko, tim melakukan penelusuran di 20 lokasi di desa Macan Putih. Di lokasi-lokasi tersebut, tim menemukan struktur bangunan terbuat dari bata merah memanjang, mirip sebuah tembok. Bangunan-bangunan tersebut terpendam di dalam tanah yang sebagian besar berada di area persawahan. "Masyarakat sekitar sering menemukan bata-bata merah berukuran besar," katanya kepada TEMPO, Minggu (4/7).

Menurut Suhalik, anggota Forum, dalam laporan Van Wiekrman, Residen Banyuwangi di abad XVIII menyebutkan bangunan tembok kerajaan Macan Putih memiliki panjang 4,5 km, dengan tinggi 12 kaki serta tebal 6 kaki (3 meter). "Arsitekturnya adalah orang cina," katanya.

Selain struktur bangunan, dalam penelusurannya tim juga menemukan ratusan artefak berupa pecahan gerabah dan keramik yang diduga berasal dari Cina dan Eropa. Artefak tersebut ditemukan dalam area perkebunan kelapa di Dusun Macan Putih.

Benda Peninggalan Kerajaan Blambangan Banyak Dijual Warga


Ratusan benda bersejarah peninggalan Kerajaan Blambangan Abad ke-17, di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur, telah berpindah tangan karena dijual oleh warga setempat.

Gunawan (bukan nama sebenarnya), 32 tahun, warga Desa Macan Putih, mengaku telah menjual barang-barang bersejarah yang ditemukannya ke sejumlah orang yang sebagian besar berasal dari Bali.

Barang-barang yang telah berpindah tangan itu, antara lain, jenis guci, perunggu, perhiasan, patung, dan cangkir. "Saya tidak bisa menghitung, tapi sudah ratusan," kata lelaki yang tak lulus sekolah dasar ini.

Minggu, 01 Januari 2012

Spiritualisme Peziarah Makam Syekh Datuk Ibrahim



oleh: Miskawi Sukirman

Didalam kehidupan manusia, setiap orang selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya yang terbagi menjadi dua kebutuhan material (jasmani) dan spiritual (rohani). Kebutuhan material adalah kebutuhan manusia akan sandang, pangan dan papan. Ketika kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi untuk mempertahankan  hidupnya. Akan tetapi usaha itu tidak selalu lancar karena keterbatasan akan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, harus diimbangi dengan melakukan sesuatu yang bersifat spiritual. Melalui prilaku, tingkah laku spiritual ini manusia berusaha memenuhi akan kebutuhan rohaninya. Kebutuhan rohani atau kebutuhan spiritual ini adalah kebutuhan non materi. Dengan terpenuhi kebutuhan spiritual ini, maka, manusia ingin mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar tercapailah tujuan tertentu yang dikehendakinya dengan memperdalam keimanan dan ketaqwaan.

Misteri Gandrung dari Tiongkok


Dua puluh tahun yang lalu, tepatnya 5 Maret 1990, saya menonton pementasan Gandrung  di Taman Ismail Marzuki, garapan seniman kondang Hendrawanto Panji Akbar atau yang lebih dikenal Deddy Luthan. Tema yang diangkat cukup menggugah: Kadung Dadi Gandrung Wis! Deddy menampilkan dua penari Gandrung senior, Mbah Suanah dan Mbah Awiyah, serta penari Gandrung muda lainnya.

Dari Harian Kompas saat itu saya mengetahui, Deddy Luthan ternyata telah empat kali mementaskan Gandrung pada tahun 1990 hingga 1993. Bahkan pernah membawa seniman Gandrung ke Amerika Serikat. Sungguh perhatian yang luar biasa!

Riwayat Mbah Ikrom, Pendiri Desa Wringinrejo


Desa Wringinrejo merupakan salah satu desa dari enam desa yang berada di Kecamatan Gambiran. Desa yang  mempunyai luas  584,874 hektare ini, dapat ditempuh dengan perjalanan sekitar 1,5 jam dari pusat kota Banyuwangi.

Desa ini berbatasan langsung dengan empat desa lainnya. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng. Sebelah timurnya, ada Desa Tamanagung, Kecamatan Cluring. Sedangkan Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, berada di sebelah selatannya. Dan, sebelah barat berbatasan dengan Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More