Laman

TIM UGM TELITI BEKAS KERAJAAN BLAMBANGAN

TEMPO Interaktif, BANYUWANGI - Arkeolog dan Sejarawan Universitas Gajah Mada mengandeng Forum Masyarakat Penyelamat Sejarah Macan Putih meneliti bekas Kerajaan Blambangan di Macan Putih, di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur.

Minggu, 08 April 2012

The Lost City of Macan Putih: Interview with Archaeologist Prof. Inayati I.

Blambangan yang Disingkirkan


Reruntuhan bangunan setinggi satu meter itu terlihat jelas begitu tanah di area persawahan digali. Terbuat dari batu bata, dengan struktur rapat tanpa spasi. Satu batu bata memiliki ukuran tiga kali lebih besar dari batu bata yang dipakai orang sekarang.
Reruntuhan bangunan itu salah satu temuan dalam survei awal Situs Macan Putih yang dipelopori arkeolog Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Profesor Inajati, sejarawan Sri Margana, dan Forum Masyarakat Penyelamat Sejarah Macan Putih, awal Juli lalu. Forum Masyarakat mempercayai bekas bangunan itu merupakan benteng timur ketika pusat Kerajaan Blambangan dibangun di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur.
Seperti dilihat Tempo, bekas bangunan itu kian rusak karena aktivitas oknum warga. Di sekitar area sawah, Tempo menemukan banyak batu bata yang pecah. Tim survei juga mendapati ratusan benda bersejarah di sebuah area kebun kelapa seluas lima hektare. Nasibnya sama. Gerabah serta keramik asal Cina dan Eropa tak lagi utuh. Bahkan Gunawan (bukan nama sebenarnya), warga setempat, mengaku telah menjual ratusan keramik, patung, dan perhiasan kuno kepada seseorang asal Bali.
Situs Macan Putih itu dipercaya para peneliti sebagai cikal-bakal Kabupaten Banyuwangi. Di sinilah Kerajaan Blambangan mencapai puncak kejayaan dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Bali, Situbondo, Jember, Bondowoso, dan Lumajang.

Tim UGM Teliti Bekas Kerajaan Blambangan




TEMPO InteraktifBANYUWANGI - Arkeolog dan Sejarawan Universitas Gajah Mada  mengandeng  Forum Masyarakat Penyelamat Sejarah Macan Putih meneliti  bekas Kerajaan Blambangan di Macan Putih, di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur.

Menurut Ketua Forum, Joko Sastro, eksplorasi itu untuk meneliti lebih lanjut adanya sejumlah bangunan yang diduga bagian bekas Kerajaan Blambangan saat dipimpin Raja Tawang Alun II pada tahun 1655-1691. Kerajaan Blambangan, merupakan kerajaan terakhir di Pulau Jawa yang bercorak Hindu.

Menurut Joko, tim melakukan penelusuran di 20 lokasi di desa Macan Putih. Di lokasi-lokasi tersebut, tim menemukan struktur bangunan terbuat dari bata merah memanjang, mirip sebuah tembok. Bangunan-bangunan tersebut terpendam di dalam tanah yang sebagian besar berada di area persawahan. "Masyarakat sekitar sering menemukan bata-bata merah berukuran besar," katanya kepada TEMPO, Minggu (4/7).

Menurut Suhalik, anggota Forum, dalam laporan Van Wiekrman, Residen Banyuwangi di abad XVIII menyebutkan bangunan tembok kerajaan Macan Putih memiliki panjang 4,5 km, dengan tinggi 12 kaki serta tebal 6 kaki (3 meter). "Arsitekturnya adalah orang cina," katanya.

Selain struktur bangunan, dalam penelusurannya tim juga menemukan ratusan artefak berupa pecahan gerabah dan keramik yang diduga berasal dari Cina dan Eropa. Artefak tersebut ditemukan dalam area perkebunan kelapa di Dusun Macan Putih.

Benda Peninggalan Kerajaan Blambangan Banyak Dijual Warga


Ratusan benda bersejarah peninggalan Kerajaan Blambangan Abad ke-17, di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur, telah berpindah tangan karena dijual oleh warga setempat.

Gunawan (bukan nama sebenarnya), 32 tahun, warga Desa Macan Putih, mengaku telah menjual barang-barang bersejarah yang ditemukannya ke sejumlah orang yang sebagian besar berasal dari Bali.

Barang-barang yang telah berpindah tangan itu, antara lain, jenis guci, perunggu, perhiasan, patung, dan cangkir. "Saya tidak bisa menghitung, tapi sudah ratusan," kata lelaki yang tak lulus sekolah dasar ini.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More