Latar
belakang
nenek moyangku seorang
pelaut
gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa
gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa
Lagu
anak-anak ‘Nenek Moyangku Seorang Pelaut’ itu selalu mengingatkan kita akan
kejayaan bahari di masa lalu. Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menjadi kerajaan
besar yang mampu menyatukan Nusantara karena kekuatan armada maritimnya. Keperkasaan
dan kejayaan nenek moyang kita di laut haruslah menjadi penyemangat generasi
sekarang dan yang akan datang. Bentuk implementasinya masa kini, bukan hanya
sekedar berlayar, tetapi bagaimana lautan di Kabupaten Banyuwangi yang
terpanjang di Pulau Jawa (175 km) dapat dimanfaatkan demi kesejahteraan
pembangunan bangsa.
Runtuhnya
Kerajaan Majapahit membuat pusat-pusat perniagaan tidak lagi didominasi di
wilayah perairan Gresik dan Surabaya. Pusat perniagaan menyebar ke wilayah
selatan dan timur seiring munculnya kerajaan-kerajaan baru. Setelah Majapahit
runtuh, Kerajaan Blambangan yang sebelumnya dikenal sebagai ibu kota Majapahit
timur (Kedaton Wetan) tumbuh sebagai kerajaan mandiri dan kuat. Bahkan bertahan
hingga abad ke-18 dan menjadi kerajaan terakhir di Jawa yang mampu ditaklukan oleh
VOC/Belanda.
Kebesaran
Kerajaan Blambangan ditunjang oleh pelabuhan-pelabuhan besar. Kerajaan ini
sudah lama terkenal sebagai penghasil beras, kayu, dan sarang burung. Pada abad
16, Pelabuhan Banyualit (saat ini Blimbingsari) dan Ulu Pampang (sekarang
Muncar) memainkan peran penting perdagangan Nusantara bagian Timur. Berbagai pedagang berdatangan dari Bali, Madura, Tionghoa, Arab,
Makassar, Melayu, Inggris dan Belanda. Munculnya pedagang-pedagang itulah yang
akhirnya berkontribusi terhadap situasi politik, sosial, dan budaya di
Blambangan.
Pada abad 18, pusat maritim bergeser ke utara seiring dengan perpindahan ibukota Blambangan ke Kota Banyuwangi yakni Bong Pakem dan Boom. Perpindahan dan arsitek kota ditentukan oleh VOC/Belanda. Boom menjadi pusat pelayaran ekspor hasil-hasil perkebunan, seperti ekspor pisang Ambon ke Australia. Dua hingga tiga abad kemudian, sentra maritim dipindah seperti yang kita lihat saat ini, yakni Pelabuhan Ketapang dan Pelabuhan Tanjung Wangi.
Pada abad 18, pusat maritim bergeser ke utara seiring dengan perpindahan ibukota Blambangan ke Kota Banyuwangi yakni Bong Pakem dan Boom. Perpindahan dan arsitek kota ditentukan oleh VOC/Belanda. Boom menjadi pusat pelayaran ekspor hasil-hasil perkebunan, seperti ekspor pisang Ambon ke Australia. Dua hingga tiga abad kemudian, sentra maritim dipindah seperti yang kita lihat saat ini, yakni Pelabuhan Ketapang dan Pelabuhan Tanjung Wangi.
Sebagian
besar dari pelabuhan-pelabuhan yang pernah berjaya itu kini kondisinya
memprihatinkan. Pelabuhan Muncar yang menjadi pelabuhan ikan terbesar di
Indonesia kini dikepung limbah. Pelabuhan Boom dengan beberapa bangunan bekas
Belanda, kondisinya rusak tak terurus. Pelabuhan Pakem, dan Blimbingsari pun
seperti segan hidup mati tak mau. Kejayaan maritime di Banyuwangi kian
tergerus.
Oleh karena itu, untuk menelusuri dan mengenang kejayaan bahari Blambangan Komunitas Pecinta Sejarah Blambangan (Koseba) dan HMJ Sejarah Untag Banyuwangi menggelar Ekspedisi Sejarah Maritim Blambangan. Diharapkan acara ini mampu menggugah semangat kita untuk melestarikan laut.
Tujuan
1.
Supaya generasi
muda mengetahui kebesaran maritim Blambangan di masa lampau
2.
Supaya generasi
muda melestarikan peninggalan sejarah yang berkaitan dengan kemaritiman
3.
Supaya Pemerintah
Banyuwangi tergerak untuk serius memperhatikan masalah kelautan
Pelaksanaan
Hari, tanggal : Minggu, 3 Februari 2013
Waktu : 07.00 WIB- selesai
Waktu : 07.00 WIB- selesai
Start :
Kampus Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, Jalan Adi Sucipto No 18,
Banyuwangi, Jawa Timur
Rute
Pantai Watudodol - Pelabuhan Tanjung Wangi
- Pelabuhan Ketapang - Pelabuhan Boom
- Pulau Santen - Blimbingsari - Muncar - Grajagan
Peserta
Jumlah
peserta maksimal 50 orang dari kalangan umum
Narasumber
Drs.
Suhalik, Ketua Yayasan Sejarah Blambangan
Kontribusi
dan Fasilitas
Kontribusi peserta: Rp 100 ribu / orang
Fasilitas : makan siang di Pantai Blimbingsari, dua kali snack, air mineral, transportasi, sertifikat, materi, pin dan CD Gending Blambangan. Sepuluh pendaftar pertama mendapatkan buku “Banyuwangi dalam Mozaik”.
Pendaftaran:
1. Untag : Danang (HMJ Sejarah)
2. Radio Blambangan, Jl Melati No.8 Banyuwangi (barat Gor Tawang Alun)
3. Via rekening BCA 1800508491 an. Ikaningtyas Unggraini
Konfirmasi peserta: Hendri Irawan (087755678244)
Pendaftaran peserta terakhir pada 28 Januari 2013
Kontribusi peserta: Rp 100 ribu / orang
Fasilitas : makan siang di Pantai Blimbingsari, dua kali snack, air mineral, transportasi, sertifikat, materi, pin dan CD Gending Blambangan. Sepuluh pendaftar pertama mendapatkan buku “Banyuwangi dalam Mozaik”.
Pendaftaran:
1. Untag : Danang (HMJ Sejarah)
2. Radio Blambangan, Jl Melati No.8 Banyuwangi (barat Gor Tawang Alun)
3. Via rekening BCA 1800508491 an. Ikaningtyas Unggraini
Konfirmasi peserta: Hendri Irawan (087755678244)
Pendaftaran peserta terakhir pada 28 Januari 2013
Jadwal
No
|
Waktu
|
Kegiatan
|
Tempat
|
1
|
07.00 – 07.30
|
Registerasi
peserta
|
Kampus Untag
|
2
|
07.30 – 07.45
|
Briefing
|
Kampus Untag
|
3
|
07.45 – 08.00
|
Persiapan start
|
Kampus Untag
|
4
|
08.30 – 09.00
|
Pantai Watudodol
|
Desa Ketapang
|
5
|
09.15 – 09.45
|
Pelabuhan Tanjung
Wangi
|
Desa Ketapang
|
6
|
10.00 – 10.30
|
Pelabuhan
Ketapang
|
Desa Ketapang
|
7
|
11.00 – 11.30
|
Pelabuhan Boom
|
Kelurahan Mandar
|
8
|
11.45 – 12.15
|
Pulau Santen
|
Kelurahan
Karangrejo
|
9
|
12.15 – 14.00
|
Ishoma
|
Pantai
Blimbingsari
|
10
|
15.00 – 15.30
|
Pelabuhan Muncar
|
Desa Muncar
|
11
|
16.30 – 17.00
|
Pelabuhan
Grajagan
|
Desa Grajagan
|
12
|
17.00 - dst
|
Sayonara
|
Penutup
Demikian
TOR ini dibuat, terima kasih atas kerjasamanya.
Banyuwangi,
1 Januari 2013
Ketua
Panitia Sekretaris
Danang
S. Hendri
Irawan
1 komentar:
mantap bisa menambah wawasan dan pengetahuan bagi kita dan anak" tentang ke maritiman sejarah blambangan. usul gan..., disamping expedisi sejarah maritim perlu kiranya diadakan expedisi sejarah ke situs"peninggalan kerajaan blambangan mulai dari macan putih, bayu, kuta lateng, ulupampang sampai ke banyuwangi dan juga tempat" lain yang masih berhubungan dgn situs" peninggalan kerajaan blambangan tentunya disertai dgn nara sumber yg berkompeten, kayaknya asyik boss........
Posting Komentar